Minggu, 07 Desember 2008
Titik Nol
Rabu, 24 September 2008
PIPI & EMBIR
Tersebutlah ada 2 pemuda (Pipi dan Embir) disebuah desa yang ditugaskan oleh kepala desa untuk mengangkut air dari salah satu mata air yang berjarak 2 km dari desa. Setiap hari mereka mengangkut air dengan menggunakan masing-masing 2 ember, bolak balik sepanjang hari. Mereka diupah dengan gaji tetap ditambah dengan komisi jika mereka bisa mengangkut air lebih dari 10 ember perhari.
Karena masih muda dan berbadan sehat, mereka bekerja keras dan hasilnya mereka mendapatkan penghasilan yang lumayan tinggi. Semakin keras mereka bekerja, semakin banyak air yang bisa mereka isi untuk warga desa, semakin banyak uang yang mereka peroleh.
Suatu hari, Pipi menyadari bahwa cara yang mereka pergunakan sekarang tidak akan bertahan lama. Semakin hari kekuatan fisik dan pikiran mereka akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia, sementara tuntutan pekerjaan akan tetap bahkan semakin tinggi. Bagaimana jika warga tiba-tiba memecat mereka dari pekerjaan ? Bagaimana jika mereka sakit dan tidak mampu bekerja lagi ? Berbagai pertanyaan memenuhi kepala Pipi, sampai akhirnya Pipi menemukan sebuah ide.
Ide itu adalah membuat saluran pipa dari sumber mata air ke desa. Pipi pun membicarakan ide tersebut ke Embir, tetapi ternyata Embir menolak ide tersebut. " Untuk apa kita membangun pipa air, tenaga aku lebih kuat, tabungan ku banyak, lagi pula nggak mungkin membangun pipa karena tanahnya keras dan berbatu. Lebih baik, aku bekerja lebih keras lagi, embernya aku besarkan sehingga bisa mengangkut air lebih banyak dan uangnya lebih banyak. Lebih nyaman kan ? " kata Embir.
Demikianlah, Pipi tetap melanjutkan idenya dan mulai sedikit demi sedikit mulai membuat saluran pipa. Ini dia kerjakan setelah selesai pekerjaan mengangkut air pada jam kerjanya. Sore hari hingga malam dia sisihkan waktu untuk menggali tanah yang berbatu disaat orang-orang tengah asyik menonton TV, hura-hura. Selain Embir, warga desapun menyangsikan proyek Pipi, berbagai comohan dan ejekanpun diterimanya.
Tapi Pipi tetap melanjutkan proyeknya, sebagian gajinya disisihkan untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat pipa. Bahkan tidak jarang Pipi harus meminta pinjaman dari warga desa untuk dapat melanjutkan usahanya. Hari-hari berlalu, satu persatu tiang-tiang terpancang dan pipa terpasang.
Disaat Pipi sibuk dengan proyeknya, Embir sibuk dengan kegiatannya berhura-hura. Atas hasil kerjanya, Embir pun membeli barang-barang konsumtif, rumah yang besar, menghabiskan waktu di diskotik (Dugem) dan tidak sungkan-sungkan untuk menambah hutang untuk memenuhi hasratnya. "Toh, besok masih bisa terima gaji dan aku akan bekerja lebih keras lagi sehingga komisiku jadi lebih besar" pikirnya.
Delapan tahun berlalu, suatu hari mulailah tetes demi tetes air mengalir melalui pipa yang dibuat Pipi. Semakin lama semakin deras air mengalir. Untuk setiap liter air yang mengalir ke tangki warga, Pipi memungut biaya. Pipipun mulai membuat kontrak dengan warga untuk airnya dan tidak lagi menerima gaji. Dia juga mulai mempekerjakan warga untuk mengatur saluran airnya dan menambah cadang-cabang pipa airnya. Pipi hanya sebagai pengontrol dan tidak perlu bekerja penuh sepanjang hari.
Sementara itu, Embir semakin keras bekerja mengangkut air, makin cepat larinya dan makin besar embernya hingga akhirnya teler dan jatuh sakit. Semua hartanya dipakai untuk melunasi hutang-hutangnya dan kembai hidup melarat.
Demikianlah, jaman telah berubah, tidak seperti 30-40 tahun yang lalu dimana semuanya serba stabil dan nyaman. Kondisi sekarang sangat berubah cepat dan tidak ada jaminan keamanan lagi bagi pekerja. Lihatlah Lehman Brothers, perusahaan keuangan terbesar keuangan ke-4 terbesar dunia, tiba-tiba menyatakan diri BANGKRUT. Bagaimana dengan pekerjanya ?
Anda mungkin berkata " Ah.. itukan di Amerika dan perusahaan keuangan lagi. Kita kan di Indonesia dan bekerja bukan di perusahaan keuangan, tidak akan mengalami kejadian itu. Jadi aman-aman saja "
Ha...ha...ha...saya jadi ingat film Titanic, ketika Kapten kapal bilang ke pemilik tidak lama lagi kapal akan menabrak gunung es. Si pemilik kapal, tetap bersikeras kapalnya kuat dan tahan tabrakan, dan pesta tetap dilanjutkan, sampai akhirnya Titanic-pun tenggelam...Dan banyaknya korban, bukan karena kapalnya langsung tenggelam, tapi karena sekocinya kurang banyak sehingga tidak bisa menampung semua penumpang.
Jadi sudah siapkah Anda dengan sekoci Anda ?
Sabtu, 28 Juni 2008
Apa yang Anda cari, Kek ?
- Apakah Anda bisa mengontrol investasi Anda dan resikonya ?
- Apakah investasi ini mempunyai leverage yang tinggi ?
- Apakah ada manfaatnya bagi orang lain ?
Ketiga hal diatas Anda dapatkan dengan membuka BISNIS atau USAHA SENDIRI. Disini Anda bebas mengatur keuangan, tingkat leverage dan resiko Anda sendiri. Jika modal Anda kecil, Anda bisa mencoba membuka usaha yang kecil-kecil dulu, misalnya membuka toko kelontong atau jualan pulsa. Jika modal Anda lebih besar lagi, Anda bisa membuka bengkel spare part. Dengan membuka usaha, minimal Anda mempekerjakan 1 orang untuk membantu menjalankan usaha Anda, artinya Anda telah membantu pengangguran di negara ini.
Tetapi bagaimanapun setiap usaha pasti ada prosesnya. Nah selagi Anda muda dan masih menerima gaji, Anda masih punya banyak waktu dan tenaga untuk memulai bisnis Anda. Jika Anda gagal pada satu usaha, Anda punya waktu dan tenaga untuk mencoba di usaha yang lain sampai Anda berhasil.
Coba bayangkan, jika pada saat akan pensiun, Anda baru memulai. Apakah Anda masih punya waktu dan tenaga untuk mencoba usaha ? Bukankah pensiun, adalah masa untuk menikmati kerja keras Anda selama ini ?
Jadi ketika Anda pensiun dan ditanyakan apa yang Anda cari ? Anda bisa menjawab " Saya tidak mencari apa-apa lagi, karena semua saya dapatkan dalam 20 tahun ini. Usaha saya maju, duit saya banyak, rumah saya ada 10. Yang saya lakukan adalah membuat yayasan sosial untuk membantu orang-orang miskin. Walaupun tidak sebesar Bill & Melinda Foundation (milik Bill Gate-Microsoft), tapi caranya sama toh ?"
Jika Anda baru mulai saat pensiun jawabnya " Saya akan membuka toko kelontong, jualan pulsa, ditambah tabung gas. Modal saya ambil dari uang pensiun yang akan saya terima. Kalau saya gagal, saya mencoba untuk melobi temen-temen di perusahaan saya dulu, siapa tahu diterima lagi " Jadi sampai kapan kerjanya ? kapan memberi ke orang lain ? Cape dech...
Pilihan ditangan Anda, selamat mencoba
SUKSES
Hadi Sucipta
Karyawan Jadi Pengusaha
- Mulailah membaca buku-buku atau majalah kewirausahaan termasuk kisah para pengusaha-pengusaha sukses di Indonesia maupun dunia. Anda akan mendapatkan api pengobar semangat dan memotivasi Anda
- Ubah MindSet Anda dari karyawan menjadi Pengusaha. Sesungguhnya dunia karyawan sangat bertolak belakang dengan dunia Pengusaha. Jika Anda ingin jadi Pengusaha Sukses, cari dan temukan rahasia mereka.
- Bergaul dengan lingkungan Pengusaha. Kini banyak bermunculan club atau kelompok pengusaha. Dengan bergabung, Anda akan terbawa ke Aura pengusaha
- Bersyukur dan berderma (Zakat), modal agar jalan Anda dimudahkan oleh Tuhan
- Take action. Langsung buka usahanya jangan terlalu banyak mikir. Setelah buka, baru lakukan perhitungan. Buka usaha yang modal kecil, resiko kecil, aliran kas cepat dan dapat Anda kontrol
Semoga blog ini bermanfaat dan dapat dijadikan sarana sharing kita bersama
SUKSES
Hadi Sucipta
Karyawan dan pemilik BOSS pulsa & JOSS pulsa